BULULAWANG – Apa yang dilakukan SMK Al Munawwariyyah Bululawang
Kabupaten Malang ini patut dicontoh. Ya, mereka mengembangkan teknologi
pembuatan tahu tanpa limbah. Tidak hanya tanpa limbah, prosesnya yang
sederhana tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat tahu mulai dari
biji kedelai hingga menjadi tahu.
Pembuatan tahu tanpa limbah yang dikembangkan SMK Al Munawwariyyah itu
menggunakan sari air laut (SAL) atau nigarin. Dengan penggunaan nigarin,
tahu yang dibuat dipastikan akan bebas dari cuka, formalin, borak dan
bebas limbah. Semua sisa limbah pembuatan tahu menggunakan SAL dapat
digunakan dan dimanfaatkan, bahkan berguna untuk kesehatan tubuh.
“Intinya pada penggunaan nigarin. Caranya, kalau pembuatan tahu biasanya
menggunakan cuka, tapi kalau pada pembuatan tahu ini digantikan dengan
SAL. Kalau menggunakan cuka tentunya akan berbahaya bagi lambung karena
asamnya,” kata Kepala SMK Al Munawwariyyah, Moch. Basjori kepada Malang
Post, sambil mendemokan pembuatan tahu nigarin kemarin.
Menurutnya, nigarin adalah ekstrak air laut yang mengandung mineral
mikro yang sangat dibtuhkan oleh tubuh. Meliki kandungan lebih dari 80
jenis mineral, termasuk magnesium, kalium, besi, kalsium, boron,
selenium dan zinc. Merupakan cairan isotonis yang dapat membantu menjaga
keseimbangan reaksi metabolisme di dalam tubuh. Karena itu, penggunaan
nigarin sebagai pengental tahu sangat ramah lingkungan dan bermanfaat
bagi kesehatan tubuh. Penggunaan nigarin untuk pembuatan tahu, juga
sudah digunakan Jepang sejak lama untuk membuat tahu (tofu).
“Selain lebih ramah lingkungan, pembuatan tahu dengan nigarin juga lebih
hemat air. Untuk satu kilogram kedelai hanya membutuhkan sekitart 7
liter air, tahu biasanta membutuhkan air bisa mencapai 60 liter karena
harus melakukan pemasakan dua kali,” ungkapnya.
Pembuatan tahu nigarin dilakukan seperti biasanya. Hanya saja, untuk
menghancurkan kedelai menggunakan alat untuk menggilingnya. Air sari
kedelai dan ampas tidak menyatu. Air dari gilingan itu yang digunakan
menjadi tahu nigarin. Air sari kedelai itu direbus hingga mendidih,
kemudian dimasukan SAL atau nigarin. Satu kilogram kedelai membutuhkan
40 cc SAL. “Hanya menunggu beberapa saat dengan mengaduknya, air itu
dituangkan dalam cetakan dan dipres,” terangnya.
Air dari perasan tahu itu dapat diminum dan baik untuk kesehatan tubuh.
Pasalnya, air perasan itu mengandung magnesium. Berbeda jika menggunakan
cuka, air perasan itu wajib dibuang tidak dapat dikonsumsi.
“Jadi tidak ada yang dibuang. Semuanya bisa digunakan. Sisa atau limbah
kedelainya bisa digunakan untuk pembuatan nugget, bakso dan produk
makanan lainnya. Air perasannya bisa untuk diminum untuk kesehatan.
Jadi, semuanya bermanfaat dan tidak ada yang dibuang. Tahunya pun lebih
gurih dari tahu biasanya,” jelasnya.
Pembuatan tahu nigarin itu terus dikembangkannya, khususnya di Jatim.
Sudah banyak UKM pembuatan tahu yang mendapatkan pelatihan darinya untuk
membuat tahu nigarin. “Alhamdulillah, hampir semua daerah di Jatim
sudah kami datangi untuk memberikan pelatihan tahu nigarin dan akan
terus kami kembangkan,” tandasnya.(aim/eno)
sumber : http://www.malang-post.com/edupolitan/41376-smk-al-munawwariyyah-membuat-tahu-tanpa-limbah